Rabu, 07 Mei 2008

BUDAYAKAN KUDA DI JALANAN KOTA ANTI POLUSI HEMAT ENERGI

Meningkatnya jumlah kendaraan pribadi terutama motor harus mendapat perhatian penting. Disamping menambah tingkat kemacetan, emisi yang dihasilkan juga akan menyumbang polusi udara di dunia. Perlu adanya upaya yang berkesinambungan untuk menekan laju pertambahannya. Mobilitas tinggi dan sifatnya yang fleksibel membuat motor menjadi pilihan utama masyarakat Jogja yang notabene belum mempunyai sistem transportasi umum memadai. Namun disamping itu juga perlu diingat berapa energi yang harus digunakan untuk menjalankan itu semua dan berapa banyak karbon yang dilayangkan ke udara.

Budaya mempunyai kendaraan pribadi sebenarnya sudah dimiliki masyarakat Jogja sejak dulu. Ingat!! Jogja dulu dikenal sebagai kota sepeda yang akhir-akhir ini berubah menjadi kota sepeda motor. Sepeda menjadi transportasi utama masyarakat kota gudeg ini. Alon alon waton kelakon yang sering dianggap sebagai semboyan masyarakat kota pelajar ini tercermin dari budaya bersepeda yang dimiliki masyarakatnya.

Bersepeda mempunyai banyak keuntungan. Selain tidak perlu membeli bahan bakar, sepeda tidak menyumbangkan polusi ke udara. Bersepeda juga membuat tubuh lebih sehat dan kuat. Tidak perlu bersusah-susah fitness atau mengikuti senam kebugaran, tubuh kita sudah terlatih dengan sendirinya. Hanya saja memang untuk saat ini bersepeda tidak lagi dapat menjawab tantangan zaman yang menuntut manusia untuk serba cepat. Zaman dahulu orang menikmati perjalanan sambil bergurau dengan rekannya. Saat ini boro-boro ngobrol, semua seakan serba akan ketinggalan. Kebut-kebutan mewarnai jalanan kota Jogja saat ini. Semua seakan tidak sabar untuk sampai tujuan. Terkadang bahkan sering, rambu lalu lintas hanya sebagai pajangan demi mengejar waktu. Padahal waktu berjalan konstan.

Sepeda lambat, sedangkan motor membuat polusi, kebut-kebutan dan macet. Lalu? Terbersit pikiran untuk kembali ke masa lalu. Pada zaman ki sanak, transportasi pribadi yang banyak digunakan adalah kuda. Selain karena keperkasaannya, kuda juga setia dengan pemilik. Kuda mempunyai kecepatan yang tinggi dan kuda tidak menyumbangkan polusi. Bukankan ini menjawab tantangan saat ini? Tidak ada salahnya kita kembali mempopolerkan kuda sebagai transportasi utama.

Memang banyak infrastruktur yang harus dipersiapkan. Seperti dibukanya pusat pelatihan kuda. Pusat pembelian kuda dan lain-lain. Sarana parkir juga harus dipersiapkan secara khusus. Memang akan menjadi ribet, tetapi paling tidak kita beusaha untuk tidak menambah tingkat polusi lagi di dunia terutama di kota Jogja.

Pusat pelatihan kuda akan menyerap banyak tenaga kerja. Itu berarti akan mengurangi sederetan pengangguran di kota ini. Selain itu masalah pembelian kuda juga akan membuka peluang usaha bagi para investor. Kredit motor murah yang sedang populer saat ini sangat memungkinkan untuk dialihkan menjadi kredit kuda murah. Memang mungkin akan ada protes dari para pengusaha kendaraan bermotor tetapi paling tidak kita akan mendapatkan dukungan dari pengusaha baru yang bergerak di bidang pengadaan kuda. Selain itu yang juga menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah adalah pembuatan undang-undang mengenai alat transportasi baru, seperti masalah kepemilikan, pajak, pendataan dan lain-lain. Kuda yang diperbolehkan beroperasi di jalanan juga harus mempunyai semacam STNK dan pengendaranyapun juga harus mempunyai izin mengendarai yang didapat dari pusat pelatihan kuda bekerjasama dengan kepolisian.

Selain persiapan yang kompleks, masalah baru juga pasti akan timbul, seperti kotoran kuda yang kemungkinan akan menjadi pemandangan tidak sedap di tengah-tengah kota. Namun, dengan adanya sedikit usaha untuk menemukan alat penampung kotoran ini, masalah akan selesai. Dan hasil tampungan tersebut bisa juga dikumpulkan dalam satu tempat penampungan umum yang nantinya akan dioleh menjadi bioenergi. Keuntungan satu lagi, kita mendapatkan sumber energi baru.

Dengan menggunakan kuda sebagai alat transportasi pribadi, kita memang tidak perlu membeli bensin atau bahan bakar lain. Itu berarti kita membantu usaha dunia untuk menghemat energi minyak bumi. Hanya saja yang perlu kita pikirkan adalah kuda tetap memerlukan asupan energi untuk menjalankan tugasnya. Ya, maksudnya adalah bahan makanan untuk kuda yang biasanya berupa rumput-rumputan. Itu berarti harus dipersiapkan juga lahan yang cukup dan orang-orang yang nantinya akan menjadi penyedia makanan kuda bagi masyarakat kota. Ini juga akan membantu meningkatkan bidang pertanian di Jogjakarta.

Kesehatan kuda juga menjadi masalah yang harus dipikirkan serius. Ini sama halnya dengan bengkel-bengkel yang menangani masalah kendaraan bermotor. Dokter hewan akan dapat meningkatkan kesejahteraannya. Yang selama ini hanya menanggani piaraan-piaraan para orang kaya penyayang binatang akan menjadi profesi penting dalam kancah publik. Jasa perawatan kuda juga dapat menjadi bisnis yang menarik.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa akan ada beberapa bidang bisnis maupun layanan publik yang mati atau sekarat. Seperti bisnis pom bensin, dealer motor, pusat service dan spare part, jasa sim dan stnk dan masih banyak lagi terutama yang terkait dengan keberadaan kendaraan bermotor. Namun, apabila mereka cerdas untuk menemukan peluang bisnis baru, maka mereka tidak akan mati hanya saja harus berganti haluan yang masih mungkin pada jalur pelayanannya. Sebagai contoh, pom bensin akan berubah menjadi pusat pembelian makanan kuda. Dealer sepeda motor akan berubah menjadi penyedia kendaraan kuda dengan kualitas terjamin. Service motor akan menggaet para dokter hewan untuk mendirikan pusat kesehatan dan perawatan kuda. Penyedia jasa SIM STNK dapat menjadi penyedia surat izin kuda dan juga surat izin mengendarai kuda.

Banyak keuntungan yang kita dapat dengan mempopulerkan kembali kuda. Kita akan menghemat bahan bakar minyak bumi dan menggunakan tumbuhan sebagai gantinya. Kita tidak akan menghasilkan lebih banyak polusi lagi ke udara. Bahkan emisi, dalam hal ini kotoran kuda, dapat diolah menjadi sumber energi baru. Dan keuntungan yang pasti menarik adalah dari segi pariwisata. Dengan adanya budaya berkuda di kota ini pasti akan menambah minat para wisatawan asing maupun domestik untuk berkunjung. Mungkin sekalian tata kotanya dibuat seperti zaman ki sanak. Pasti akan menjadi sebuah wisata kota tua di tengan modernitas dunia. Tidak ada salahnya untuk dipikirkan bukan?!

AYO BUDAYAKAN BERANGKUTAN UMUM!!!

Apa benar bus trans Jogja itu tidak efektif? Dan siapa juga yang bisa menjamin bahwa pengadaan bus trans jogja itu efektif? Semua masih sebatas analisis karena memang hasilnya masih belum nyata.

Keberadaan butarjo akan menjadi sangat efektif ketika masyarakat Jogja mempunyai budaya berangkutan umum. Bahasa yang lebih gampang, masyarakat terbiasa menggunakan kendaraan umum dan lebih memilih menggunakan angkutan umum daripada kendaraan pribadi pada saat melakukan aktivitas rutin. Bagaimana dengan masyarakat Jogja? Mari kita lihat kenyataan di lapangan.

Sebagian besar masyarakat Jogja lebih suka menggunakan kendaraan pribadi dibanding dengan angkutan umum. Hal ini terlihat jelas dari jumlah kendaraan pribadi terutama motor yang semakin lama semakin memenuhi jalanan di kota Jogja. Bahkan sekarang orang menyebut Jogja bukan lagi kota sepeda tetapi kota sepeda motor.

Hal pertama yang perlu kita lihat adalah ketersediaan angkutan umum, dalam hal ini bus, di kota gudeg tercinta ini. Secara kuantitas memang tidak culup bermasalah tetapi secara kualitas masih dipertanyakan. Sudah bukan menjadi rahasia bahwa kelayakan dari bus kita itu sangat dipertanyakan. Secara teknis sudah banyak yang tidak layak jalan. Hanya saja para juragan bus tetap nekad menjalankan angkutannya. Pemerintah juga tidak dengan tegas menindak hal tersebut.

Keamanannyapun tidak terjamin. Sikap sopir yang ugal-ugalan membuat ketidaknyamanan penumpang. Sembarangan menaikan dan menurunkan penumpang juga sangat membahayakan. Sistem kejar setoran membuat keselamatan penumpang diabaikan. Selain itu, banyaknya copet atau pelaku kriminal lain di dalam bus juga menjadi faktor yang membuat masyarakat enggan menggunakan bus kota.

Jam trayek yang sangat terbatas juga menjadi pertimbangan penting bagi masyarakat yang akan menggunakan bus kota. Perlu diiingat sebelumnya bahwa Jogja dipenuhi oleh mahasiswa yang mempunyai mobilitas tinggi. Keterbatasan jam trayek menjadi hambatan tersendiri bagi kita. Oleh karena itu masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi.

Kenaikan jumlah kendaraan pribadi terutama motor di kota Jogja juga disinyalir karena adanya kredit motor murah. Para perusahaan motor sekarang berlomba-lomba memberikan kredit dengan uang muka semurah mungkin dan cicilan yang seminim mungkin meskipun dengan jangka yang sangat panjang dan apabila dihitung-hitung menjadi sangat mahal sekali. Alhasil, banyak masyarakat dengan mudah mendapatkan kendaraan bermotor. Akibatnya, jumlah motor semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Lalu apa upaya yang harus dilakukan untuk mendukung terciptanya lalu lintas kota Jogja yang lebih nyaman dan tertib. Program butarjo bolehlah dilaksanakan. Hanya saja pemerintah harus mempunyai program pendukung lain sehingga pelaksanaan butarjo menjadi lebih optimal. PR yang harus dengan serius digarap adalah bagaimana caranya masyarakat memilih naik kendaraan umum, butarjo lebih khususnya, dan secara perlahan-lahan meninggalkan kendaraan pribadi mereka.

Cara yang ekstrem tentu saja dengan undang-undang pembatasan atau bahkan pelarangan kepemilikan kendaraan pribadi. Langkah ini tentu saja tidak efektif. Bukannya menyelesaikan masalah tetapi justru memancing masalah. Memancing emosi masyarakat yang saat ini sudah sangat bergantung terhadap kendaraan pribadi, atau kita persempit lagi menjadi motor. Kebijakan yang mungkin lebih halus adalah di bidang ekonomi. Undang-undang ditujukan bagi para pengusaha sepeda motor mengenai program pemberian kredit murah. Sudah selayaknya ada peraturan yang tegas mengenai hal ini. Aturan ini mengarah pada pelarangan pemberian kredit bermotor dengan syarat mudah. Memang ini akan menemui polemik karena berhadapan dengan perusahaan raksasa. Namun, demi Jogja yang tertib dan nyaman sudah waktunya pemerintah bertindak tegas.

Pendekatan ekonomi juga harus melihat dari sisi konsumen. Mereka memilih menggunakan motor pribadi juga karena biaya yang apabila dikalkulasi jauh lebih hemat daripada menggunakan kendaraan umum. Rata-rata mobilitas seseorang yang tinggal di dalam kota hanya menghabiskan sekitar 1 L/hari alias Rp. 4.500,00. Bandingkan dengan berkendaraan umum. Satu kali naiK Rp. 2000,- harga mahasiswa. Belum pulangnya, belum berpindah tempat. Efisiensi waktu dan lain-lain, angkutan umum sangat kurang menguntungkan. Oleh karena itu sudah selayaknya pemerintah berpikir ulang mengenai tarif bus kota, lebih-lebih butarjo yang lebih mahal dari angkutan umum biasa.

Pendekatan ekonomi juga dapat disertai dengan pendekatan energi alias bahan bakar alias BBM. Cara ini sedikit aneh tetapi tidak ada salahnya dipertimbangkan. Sekarang dimana-mana sedang marak sistem subsidi silang. Mengapa tidak dicoba subsidi silang antara angkutan umum dengan kendaraan pribadi. Maksudnya, harga bahan bakar untuk kendaraan pribadi lebih tinggi daripada bahan bakar untuk kendaraan umum. Hal ini berdasar pada anggapan bahwa orang yang memiliki kendaraan pribadi adalah orang yang lebih mampu. Dengan demikian sedikit banyak akan membuat orang berpikir ulang menggunakan kendaraan pribadi.

Cara lain yang mungkin bisa dipertimbangkan adalah perluasan jalur angkutan umum dan penyempitan jalur kendaraan pribadi. Adanya butarjo dengan jalur khusus sebenarnya mempunyai nilai positif. Jalur untuk kendaraan pribadi semakin sempit akibatnya berkendaraan pribadi menjadi tidak nyaman. Setelah itu diharapkan mereka sadar dan memilih angkutan umum.